“There is always a song you can relate to spesific event in your life
Bahkan orang cacat pun memiliki lagunya sendiri yang membuat memorinya memutarkan kembali kejadian ‘itu’, kejadian yang kita kenal dengan kenangan.
“A song tells the story of your life; there’s always a personal history attached to it.”
Ada sebuah cerita,
Seekor anjing yang mulai terlihat murung melihat majikannya sudah tidak memiliki banyak waktu lagi untuk bermain dengannya, sedang berlari menuju suatu ruangan di dalam rumah tempat majikannya bekerja. Ia mencoba menggali, mencari-cari pada setiap tatanan dan tumpukkan benda yang ada di ruangan itu; ia mengobrak-abrik seluruh tumpukkan buku dan CD yang ada disana. Ia terus memainkan tangannya untuk meraih-raih, mempertahankan kakinya untuk terus menjinjit untuk menggapai tumpukkan di tempat yang tinggi. Ia terus mencari. Lama sekali.
Hingga akhirnya majikannya pulang, dan melihat semua kekacauan di ruang kerjanya.
Benar, majikannya pun marah besar. Dengan geram majikan itu memukulinya, melemparinya dengan buku berulang kali untuk menghukumnya, menarik ekornya dengan kuat hingga tubuhnya terlempar jauh dan keras.
Tapi, apakah kau tau? Anjing itu masih terus mencari-cari barang yang ia cari meski berkali-kali ia menjerit kesakitan dengan apa yang majikannya lakukan padanya.
Hingga sebuah buku besar melayang ke tubuh anjing itu, dan membuatnya terdorong hingga ke dinding.
Terlihat kali ini ia kesakitan dan sangat lemah, karena luka di sekujur tubuhnya yang semakin parah. Namun, ketika ia mencoba untuk bangkit lagi, buku besar itu terjatuh, dan membuka pada suatu halaman, disana terdapat suatu kertas yang tertulis:
Maret, 2000. Aku memungut seekor anjing kecil yang sedang kehujanan di taman. Ia terlihat ketakutan dan kedinginan. Si Kecil Mory, berkelamin jantan.
Maret, 2001. Matanya yang sayu selalu memancarkan harapan yang bahagia setiap kali aku memutarkan CD ini untuknya, lalu ia mulai terlelap di dekatku. Sejak pertama aku memberinya nama, hingga sekarang. Selalu seperti itu.
Maret, 2002.
Tulisan itu berakhir pada Maret, 2002. Dan sebuah CD juga nampak di samping kertas.
Seperti tertiup angin sejuk, anjing itu pun langsung bangkit dan menggigit CD itu untuk dibawa pada majikannya. Ia berjalan terpincang-pincang; mencoba menyeret kaki kirinya yang terluka, meninggalkan jejak darah. Majikannya memperhatikan apa yang dilakukan anjing peliharaannya itu, lalu sampailah si anjing pada kaki majikannya.
Anjing itu meletakkan CD di atas kaki majikannya, lalu mendongakkan kepalanya pada majikannya, seperti telah mengatakan sesuatu, ia menggonggong dengan lembut dan menjulurkan lidahnya, seperti tersenyum. Mory tersenyum. Lalu ia mulai menyandarkan kepalanya pada kaki majikannya, bersandar dengan tenang, dan tertidur. Tertidur pulas.
Dan, hari itu adalah hari terakhir Mory tidur di dekat majikannya. Bersandar pada majikannya.
Mory pergi meninggalkan dunia yang kejam ini selamanya.
Dan,
Kau tau apa yang terjadi pada majikan Mory?
Ia menghukum dirinya sendiri atas apa yang telah ia lakukan pada anjing yang malang itu. Hari itu Mory hanya ingin dia memutarkan kembali lagu yang ada pada CD itu. CD yang diberikan Mory padanya sebelum Mory pergi. CD yang menyimpan kenangan saat Mory kecil terduduk kedinginan dan malu untuk berada di pangkuannya. Ia pun memutar lagu itu, dan perlahan mengangkat Mory untuk digendongnya, dan meletakkannya di pangkuannya. Dan hari itu juga, nama Mory melekat pada anjing mungil itu. Pada hari itu juga pertama kalinya ia melihat mata sayu Mory yang berbinar, hangat, dan Mory pun terlelap.
Suka, suka banget sama tulisan mbakncutee. Kadang pingin coba nulis pake gaya melankolisnya mbakncuteee. Tapi macet ini tangan, coba terus tetep aja gabisa nyamain karakter tulisan mbakncutee. Kelas deh, bener. Stay awesome mbak✨
BalasHapusKamu tulis apa yang pengen kamu tulis aja, nanti juga bakal ketemu gimana melodi tulisanmu fah hehe
HapusMakasih ya✨