Pada kecup nestapa yang pertama, jiwa bertandang atas namamu
Mengacau riang yang bercengkerama, tanpa menandu pekik teralasi sendu
Telingaku sesak dengan kata-kata seorang wanita
Yang tak henti bicara di setiap pulangku, pun yang membuat rindu dalam pergiku
Ayah,
Rindu mengeja kenangmu dengan sangat angkuh
Aku takut, jika tak lagi menjadi gadis kecilmu
Ibu,
Kau menjelma alasan kuat tuk sebuah pulang
Maaf tak ada kabar saat aku di tanah tempatku menumpang
Aku takut, jika rindu membunuhku; pemudamu
Ayah,
Marahku mengatasnamakan andai untuk mencacimu, menindas pasu indah
yang kupikir sayu
Sayangnya, jambang itu bukanlah semu, sungguh pelik andai yang kupuja atasMu!
Ibu,
Sujudku tanda terima kasih atas kehidupan, dadamu adalah tempat ternyaman
tak ada lagi selainnya
Beruntungnya, aromamu menolak pergi dan tak menjadi semu
Ayah, ibu, maafkan aku
- Alicia T. & Ihsanjarot -
sumber: dokumen penulis |
terima kasih atas kesempatannya. :))
BalasHapussemangat bro
Hapusya, semoga terus bersemangat
Hapus