Pagi ini dia mengawali hari dengan sangat baik.
Membuka mata sebelum adzan shubuh berkumandang, sesegera mengambil air untuk berwudlu. Lalu beribadah.
Setelahnya ia berlari ke kamar, mengambil telepon genggamnya, mulai memainkan jarinya dengan manis di atas keypad, hingga akhirnya memencet tombol ‘call’. Dia sedang mencoba membangunkan sesorang yang spesial lewat telepon.
Beberapa saat kemudian, wajahnya terlihat manyun, lalu ia menengok ke arah jam dinding, dilihatnya pukul 04.20 pagi. Sepertinya sesorang yang ia telepon tidak mengangkat-angkat teleponnya. Ia pun segera meletakkan kembali teleponnya dan keluar dari kamar.
Saat fajar, budhenya yang dari kampung ingin pulang. Budhenya meminta dia agar mengantarkan beliau sampai ke terminal kota untuk mendapatkan bus. Dengan senyum simpul yang menghiasi wajahnya, ia lalu mengambilkan budhenya jaket miliknya yang tergantung, dan memberikannya pada beliau. Ia pun berangkat meninggalkan rumah. Budhenya merasa hangat dengan jaket pemberiannya, seketika beliau berkata padanya bahwa ia ingin memakai jaket miliknya hingga ke Lampung. Lagi-lagi dia tersenyum, mengiyakan permintaan budhenya.
Jarak dari rumahnya ke terminal kota cukup jauh, sekitar 9km. Langit fajar nampak sangat cantik. Jarak yang jauh pun tidak sempat ia rasakan karena ia sibuk menikmati keindahan fajar ini, hingga ia sampai di terminal.
Di terminal, ia membantu menurunkan barang-barang bawaan budhenya, dan mengangkatnya ke tepi. Di sana sudah nampak bapak-bapak yang mengatur akan masuk ke bus mana para penumpang. Tak lama bus jurusan yang akan dinaiki budhenya muncul, ia pun segera mencium tangan budhenya dan melambaikan tangan dari bawah ketika budhenya sudah masuk dan duduk di dalam bus. Setelah itu ia tidak langsung pulang, ia pergi ke pasar untuk membelikan barang pesanan mamanya.
Untuk ke pasar hanya tinggal berjalan ke seberang terminal kota. Dia sudah terbiasa ke pasar untuk berbelanja kebutuhan pangan. Namun kali ini ia sangat terpukau dan terkejut ketika turun dan mulai menaatap ke arah dalam pasar.
Dia mungkin sudah sangat sering belanja di sana, tapi di siang atau sore hari. Ia tidak pernah pergi sepagi ini untuk berbelanja ke pasar. Ini kali pertama ia pergi. Dan kali pertama ia merasakan kegembiraan ditengah kerumunan banyak orang.
Banyak yang ia jumpai, penjual bahan-bahan makanan apasaja, mulai dari sayur, daging, buah, rempah, dan lain-lain. Pasar kota di pagi hari terasa sangat menyenangkan paginya, keramaian berada di bawah langit yang mulai muncul matahari pagi, begitu menyenangkan hingga ia lupa bahwa tujuannya kesana adalah untuk membeli barang pesanan mamanya. Seketika ia tersadar dan langsung mulai mencari barang-barang yang akan di belinya.
Di sepanjang jalan ia melewati kerumunan itu dengan tersenyum sendiri. Menertawakan tingkahnya sendiri karena dalam hatinya ia berpikir bahwa dirinya sangat norak, pergi belanja ke pasar aja sebahagia itu, dasarr..
Setelah mendapatkan semua pesanan mamanya, ia lalu bergeming dalam hati dan tersenyum,
Ah, nggak sabar aku pengen membagi cerita ini padanya. Tuhaaan, pagi ini benar-benar menyenangkaaaan.
Karena sangat senangnya ia memikirkan hal itu, ia memutuskan sebelum pulang ia ingin melewati rumah sesorang yang sangat spesial untuknya, lalu berteriak memanggil namanya di depan rumahnya, dan langsung pergi. Ia pun tersenyum puas. Dan langsung berjalan menuju Pom Bensin untuk mengisi bahan bakar. Setelah bahan bakarnya penuh terisi, dia pun langsung berjalan pulang. Dan di perjalanan pulang, lagi-lagi dia terpukau.
Tuhan, nggak ada habis-habisnya Kau beri aku kenikmatan pagi ini. Matahari pagimu terlalu indah untuk mata ini, terimakasih Tuhaaaaan. Semoga ini awal yang baik untuk waktuku dengan dia nanti.
Untuk waktuku dengan dia nanti.
Untuk waktunya dengan sesorang spesialnya nanti.
Roda benar-benar cepat sekali berputar. Belum sampai pagi ini habis, tiba-tiba ia terjatuh di bawah roda. Tertimbun banyak kekecewaan. Sakit. Perih.
Siapa lagi yang bisa memberikan rasa sakit dan perih selain orang yang sangat ia sayangi.
Sekecil dan setidak sengaja apapun goresan yang diberikan, jika itu dari seseorang itu, akan terasa sangat sakit baginya.
Begitu pula sebaliknya,
Sekecil dan sebodoh apapun kebahagiaan yang diberikan oleh sesorang itu, sudah sangat cukup membuat hatinya tersenyum, bahkan tertawa.
Padahal pagi ini ia belum sempat menceritakan apa yang ingin ia ceritakan pada sesorangnya hari ini, tapi roda sudah terlanjur membuatnya jatuh ke dasar.
Dan terluka,
Sepagi ini, sesakit ini.